Rabu, 18 Juni 2014

RPP Numbered Head Together (NHT)


RPP Sistem Tata Surya menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Numbered Head Together (NHT)


1.        Berdasarkan sintaks NHT, kita dapat membuktikan bahwa Numbered Head Together  dapat meningkatkan pengetahuan akademik (knowledge) maupun keterampilan (skill). 

1)        Pembentukan kelompok
Guru membagi  para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Pengelompokkan berdasarkan kemampuan akademis biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis rendah. Hal ini dapat dilakukan setelah guru mengadakan pretes (tes awal).
Pada fase ini siswa harus mencoba memperhatikan tingkah laku teman satu kelompok atau anggota kelompok lain dan mencoba untuk saling pengertian dan menghormati. Siswa belajar untuk dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang sehingga dapat saling mengembangkan struktur kelompok dan peranan anggota dalam kelompok.

2)        Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Agar bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran, kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini dapat membina siswa dalam bekerja sama. Fase ini mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud adalah bermusyawarah, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan mampu bekerja dalam kelompok, menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif, serta mengembangkan potensi.

Sama seperti model pembelajaran kooperatif lainnya, NHT mampu mengembangkan keterampilan kooperatif. Melalui strategi ini siswa dibiasakan untuk membuat kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran, dan berbagi tugas, mendorong teman untuk turut berpartisipasi, mencoba menyelesaikan tugas tepat waktu mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, bersabar dan berkompromi. Dengan bekerja secara kooperatif, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar untuk siswa sehingga dapat menyusun kesimpulan yang diharapkan.

Model pembelajaran ini juga membiasakan siswa untuk berbagi informasi kepada lainnya, berbagi ilmu kepada sesama atau teman sejawat, sehingga strategi ini dapat meningkatkan keterampilan peer teaching serta membangun kepercayaan diri.

Strategi NHTmenuntut siswa untuk menguasai materi karena setelah kegiatan diskusi berakhir, siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain dengan mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain di depan kelas. Pada fase ini siswa akan berusaha mencari jawaban atas suatu pertanyaan, mencari informasi untuk memecahkan masalah atau mencari cara untuk mengerjakan tugas bersama – sama dengan teman satu kelompok. Para siswa akan menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadapa isi pelajaran tersebut. Oleh karena itu strategi NHT dapat meningkatkan penguasaan akademik siswa. 

3)        Tukar jawaban antar kelompok
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Pada tahap ini siswa akan bertindak sebagai guru bagi siswa lain dengan mempresentasikan hasil diskusinya kepada kelompok lain di depan kelas. Siswa dilatih untuk menjadi juru bicara atau pemimpin kelompok. Siswa memahami materi yang diberikan karena mampu mengajarkan kepada siswa lain saat presentasi.

Pada tahap ini juga siswa lain dengan nomor yang sama memberikan respon, tanggapan, pertanyaan atau sanggahan terhadap jawaban siswa yang  memberikan presentasi. Siswa akan lebih memahami materi karena dijelaskan oleh teman sebayanya melalui presentasi kelompok.

Sekali lagi pada tahap ini siswa diajarkan untuk aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima dan menunjukkan penghargaan dan simpati dan ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas.


2.        Materi yang tepat dalam penggunaan model Numbered Head Together adalah :

Pada dasarnya Numbered Head Together dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan NHT dalam kegiatan belajar mengajar.
1)        IPA
Strategi ini dapat digunakan dalam rangka persiapan ujian atau kuis. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk belajar bersama kelompok dan berikan pertanyaan yang berkaitan dengan tes atau kuis. Gunakan strategi NHT, berikan pertanyaan tentang materi yang berkaitan dengan tes atau kuis.

2)        IPS
Strategi ini dapat digunakan setelah membaca teks suatu bab atau setelah materi dijelaskan. Beri pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang teks dan minta siswa untuk menemukan dan mendiskusikan jawaban. Jika kelompok telah siap, kaji ulang jawaban menggunakan strategi NHT.

3)        Matematika
NHT dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika. Berikan pertanyaan seputar tentang fakta – fakta atau informasi yang dapat diperoleh dari suatu soal/permasalahan, cara atau solusi memecahkan soal/permasalahan secara kelompok.

4)        Bahasa Indonesia (Menulis)
Siswa dapat mengevaluasi kualitas selembar tulisan dengan menggunakan rubrik. Minta siswa untuk meninjau tulisan dalam kelompok dan memberi penilaian atas tulisan tersebut. Minta mereka untuk merespon nilai tersebut secara rasional menggunakan strategi NHT.

5)        Bahasa inggris (Membaca)

Pertanyaan komprehensif dapat diajukan kepada kelompok, dan siswa dapat bekerja sama untuk menemukan jawaban. Misalnya, ketika membaca sebuah cerita, siswa dapat diberikan tugas menganalisis pertanyaan tentang karakter-karakter yang ada di dalam cerita baik itu tersurat maupun tersirat atau informasi yang dapat diperoleh dari dialog atau aksi yang dilakukan oleh karakter-karakter tersebut.
Comment Box is loading comments...